6.006 Peserta Ikuti Surabaya Marathon 2019


DUA PELARI MENINGGAL DUNIA

Sebanyak 6.005 pelari mengikuti Surabaya Marathon 2019, Minggu (4/8) pagi. Sayang, kompetisi lari jarak jauh berlevel internasional ini diwarnai insiden meninggalnya dua peserta karena serangan jantung.
Dua peserta Surabaya Marathon 2019 yang meninggal dunia adalah Husnun Nadhor Djuraid, 60, warga Jalan Digul Nomor 2, Kelurahan Bunul Rejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Wartawan senior yang juga komisaris Malang Post ini mengenakan nomor dada 5721. Husnun pingsan setelah berlari sekitar delapan kilometer karena kelelahan.
Setelah itu, Husnun langsung ditangani petugas PMI Surabaya yang berada di lokasi dan dilarikan ke RSUD dr Soetomo. Nahas, penggemar olahraga lari jauh itu mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit.
 Hal serupa juga dialami warga Kelapa Gading, Jakarta, Oentung P. Setiono, 55, yang juga mengikuti kategori 10K. Peserta dengan nomor 5755 itu pingsan di lokasi saat melintas di Jalan Basuki Rahmat, sebelum akhirnya dibawa ke RSUD dr Soetomo oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Pusat.
 Putri almarhum Husnun Djuraid, Amalia Kautsariah, mengatakan, ayahnya meninggal saat berlari dengan jarak sejauh delapan kilometer. Saat berlari hingga mendekati garis finis tersebut, Husnun sempat terjatuh. Tim medis lalu datang membantu untuk mengecek detak jantung menggunakan alat pacu jantung.
Namun, jantungnya tidak berdenyut. Maka, Husnun pun langsung dibawa ke IGD RSUD dr Soetomo. Sayang, nyawa wartawan senior yang juga dosen komunikasi ini tak tertolong.
Menurut Amaliah, ayahnya memang punya riwayat penyakit jantung. Tahun lalu Husnun pernah dirawat di rumah sakit dan didiagnosis sakit jantung setelah bermain tenis. Namun, setelah kondisinya pulih, dia kembali ikut ajang lomba maraton. "Memang Bapak punya riwayat jantung. Tapi sudah sembuh, terus sempat ikut Borobudur dan Prambanan Marathon tahun lalu sampai finis 10 km. Tahun ini ikut lagi di Surabaya," tutur Amaliah.
Sementara itu, Humas RSUD dr Soetomo Pesta Manurung menuturkan, dua peserta Surabaya Marathon yang dilarikan ke RSUD dr Soetomo sudah dalam keadaan meninggal. Penyebab kematiannya tidak bisa dipastikan. Sebab, tidak ada catatan kesehatan yang menyertai peserta yang seharusnya tertera di nomor dada.
"Seharusnya sebelum mengikuti acara seberat ini ada verifikasi status kesehatan dan kelayakan mengikuti lomba. Apakah peserta ada riwayat penyakit, apakah ada riwayat konsumsi obat," katanya.
Nah, ketika tim medis RSUD dr Soetomo meminta konfirmasi kepada koordinator tim kesehatan Surabaya Marathon, prosedur itu tidak dilakukan. "Kalau tidak ada catatannya, kita tidak bisa tahu dia ini meninggal karena riwayat penyakit apa. Apakah gula, jantung, atau stroke," katanya.
Agar kejadian seperti ini tidak terulang, Pesta berpesan agar sebelum mengadakan lomba lari, penyelenggara menyediakan tim medis yang lengkap. Juga koordinasi yang baik dengan tim medis setempat. "Perlu antisipasi dengan memastikan status kesehatan peserta," katanya.
Kabag Humas Pemkot Surabaya M. Fikser mengatakan, Pemkot Surabaya menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya dua peserta lomba lari tahunan ini. Panitia Surabaya Marathon dan Badan Penanggulangan Bencana Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya juga sudah melakukan upaya seoptimal mungkin untuk mencegah jatuhnya korban.
“Sudah ada koordinasi untuk pengiriman kedua jenazah ke daerah asalnya. Info yang kami terima, kedua peserta ini mengalami serangan jantung,” katanya.
Fikser menambahkan, pemkot hanya memberikan bantuan penanganan dan pengiriman jenazah. Panitia juga berkolaborasi dengan pemkot untuk membantu biaya pemulangan jenazah. “Jadi, yang nanggung biayanya pihak panitia,” jelas Fikser.
Soal persiapan Surabaya Marathon, pihak penyelenggara telah meminta Pemkot Surabaya untuk menyediakan peralatan medis di sepanjang jalur yang dilalui peserta. Pemkot membantu panitia dengan menyediakan 11 unit ambulans.
Fikser menegaskan, kegiatan Surabaya Marathon ini murni diselenggarakan oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), sedangkan Pemkot Surabaya dan Polrestabes Surabaya hanya terlibat dalam pengamanan dan perizinan. "Ke depannya, kami minta panitia untuk melakukan evaluasi, terutama bagi para pelari-pelari ini. Harusnya kondisi kesehatan pelari ini sudah terverifikasi,” tegasnya.
Sebelumnya, pihak penyelenggara sudah memberikan peraturan bagi peserta untuk wajib memeriksakan kesehatannya pada dokter jika mereka meragukan kondisi kesehatannya sebelum mengikuti lomba.
Syarat dan ketentuan itu dibuat untuk memastikan keselamatan seluruh peserta dan pemegang kepentingan. Juga memenuhi persyaratan perizinan dan memenuhi ketentuan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).

ANTUSIASME 6.005 PESERTA
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sebetulnya pihak panitia berencana menambah jumlah peserta. Namun, karena keterbatasan waktu sehingga hanya 6.005 peserta yang diizinkan. “Sebetulnya kita mau tambah, tapi waktunya mepet,” kata Risma.
Menurut dia, Surabaya Marathon 2019 bukan hanya kegiatan lari untuk tujuan kesehatan atau mencari bibit-bibit atlet baru, tapi lebih dari itu. Sebab, event ini secara tidak langsung juga memiliki dampak ekonomi yang besar. “Saya kira ini suatu peluang untuk Surabaya, bukan hanya maratonnya, tapi impact ekonominya cukup besar. Karena hotel semua full saat ini, kemudian mal-mal juga semua ramai sekali,” katanya.
Risma menyebutkan, Surabaya Marathon merupakan kegiatan yang semakin diminati. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta yang terus meningkat. Saat awal digelar, jumlah peserta mencapai 3.000 orang dan tahun 2018 meningkat 4.400 peserta. Kemudian tahun ini meningkat menjadi 6.005 peserta.
“Ini event Internasional, bahkan peserta banyak dari berbagai daerah. Tahun ini pesertanya 6.005 orang. Kita berharap (tahun depan) bisa tembus sampai 7.000 peserta,” terangnya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga berharap, Surabaya Marathon dapat menjadi ajang bagi atlet-atlet Indonesia, khususnya Surabaya, untuk mengukur prestasi dengan para pelari mancanegara. "Insya Allah, kita akan jadikan agenda rutin setiap tahun,” pungkasnya. (*)