Kamis (1/3) lalu, saya punya kesempatan bermain ke kantor Radar Gresik. Mereka sedang merayakan ulang tahunnya yang keenam. Nah, saya termasuk yang datang pada perayaan meriah itu.
Setelah mencoba semangkuk bakso, saya mider ke warung kopi (bukan warung pangku lho…) yang ada di sebelah kanan kantor. Pesan segelas kopi supaya nggak ngantuk.
Di salah satu dinding warkop itu ada tulisan “Sedia Gule Obos”. Wah, apa neh pikir saya. Seorang teman di samping berkata,”Udah dicoba aja. Kalau nggak nyoba, nggak bakalan tahu apa itu gule obos.” Benar juga, pikir saya.
Jadilah saya pesan satu porsi.
Saya perhatikan si ibu mempersiapkan gule obos pesenan saya. Dasar saya cerewet, setiap yang tidak saya ketahui, ya saya tanyakan langsung. “Bu, obos itu opo, to,” tanya saya.
Ternyata obos itu semacam kerupuk. Kalau versi saya, seperti gorengan di bakso. Hanya saja ini bentuknya lebar. Ya model kubus ukuran 15x15 cm lah.
Cerita si ibu warung, obos dibuat dari tepung gandum yang dicampur telur dan mentega. Lalu digoreng menggunakan wajan yang lebar.
Cara penyajiannya, obos dicuwil-cuwil. Satu piring butuh dua obos. Setelah itu, cuilan obos itu disiram dengan kuah gulai (sama dagingnya juga dong…). Rasa gulainya seperti pada umumnya. Gurih mak nyes. Bisa dibuat dari daging kambing maupun daging sapi. Kayaknya, gulai ayam juga bisa kok.
Rasanya, ya persis kalau kita makan gulai pakai nasi atau roti maryam. Sebab, ketika obos tadi diberi kuah gulai yang panas, jadi bentuknya berubah menjadi seperti bubur. Rasanya ya sama saja. Persis kayak kalau kita makan nasi atau roti maryam dengan gulai.
Dua obos yang disiram kuah gulai tadi, lima menit kemudian menjadi sajian yang memenuhi satu piring. Obosnya mengembang. Saya nyaris nggak habis karena saking banyaknya. Karena gulainya sudah kental, dicampur obos yang mirip nasi, jadilah hidangan ini agak neg. Beruntung ada tambahan sambal sehingga bisa membantu lidah untuk mengecap hingga penghabisan.
Konon, obos ini hanya ada di Gresik. Di Kota Pudak, penjual obos pun hanya di daerah-daerah tertentu. Paling banyak di sekitar Makam Sunan Giri atau makan Maulana Malik Ibrahim.
Oh ya, kalau yang saya beli ini ada di Jalan Pahlawan. Persis di samping kanan kantor Radar Gresik. Hanya 200-an meter dari makan Maulana Malik Ibrahim.
Soal harga, ternyata juga nggak mahal. Dengan daging yang lumayan banyak, sepiring gulai obos dihargai Rp 13 ribu. Murah kan? Mau nyoba? Silahkan jalan-jalan ke Gresik. (*)