Suroboyo Bus: Primadona Jalanan


Suroboyo Bus hampir sebulan ini seliweran di Surabaya. Moda transportasi baru tersebut dipatok jadi angkutan massal untuk meminimalisir kemacetan. Tapi, faktanya, sementara ini bus berwarna merah itu justru menjadi transportasi klinong-klinong untuk melihat keindahan Kota Pahlawan.
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mewujudkan fasilitas angkutan massal di Surabaya mulai terealisir. Sebanyak delapan bus baru, dibeli untuk meminimalisir kemacetan di jalan. Bus jenis low entry yang dinamakan Suroboyo Bus ini bahkan jadi primadona angkutan baru di Kota Pahlawan.
Setiap bus ini melintas di jalanan Surabaya, orang langsung mengamatinya. Banyak yang kagum, tak sedikit pula yang memujinya. “Busnya bagus ya. Besar dan gagah. Warnanya juga seger, merah menyala,” puji salah satu pengguna jalan di kawasan Jalan Raya Darmo ketika Suroboyo Bus lewat.
Sejak di-soft launching pada 7 April lalu, Suroboyo Bus memang terus memikat. Hal ini lumrah-lumrah saja, karena bus baru tersebut memiliki banyak kelebihan.
Saya yang mencobanya pada Kamis lalu, merasakan kelebihan itu. Mulai dari bentuk fisiknya, layanan kru bus, hingga ketika bus seharga Rp 2,4 miliar per unit itu melintas di jalanan.
Hawa dingin dari sejumlah AC yang ada di Suroboyo Bus, langsung menyergap ketika kita masuk. Tidak butuh mengangkat kaki terlalu tinggi, karena bus ini didesain low entry (ketinggian pintu masuk selevel dengan pedestrian). “Makanya rasanya seperti naik kapal. Goyang-goyang kalau kita turun. Karena ketika turun, otomatis bus akan miring ke kiri, supaya jangkauan kaki setara dengan pedestrian,” terang Basori, sopir Suroboyo Bus kode Sb06 yang saya tumpangi.
Masuk Suroboyo Bus juga langsung disambut dengan suara operator perempuan. “Bapak, ibu yang terhormat. Selamat datang di Suroboyo Bus.” Itulah kalimat sapaan lewat speaker yang dipasang di beberapa titik. 
Pun ketika bus sudah melaju dan akan melewati halte tertentu, maka operator akan bersuara. Kali ini dengan bahasa Suroboyoan. “Mari ngene mandeg ndek Halte Dukuh Menanggal.”  Kalimat itu muncul ketika bus akan melewati Halte Dukuh Menanggal. Dan di setiap halte yang bertanda khusus berupa stiker merah bertuliskan Suroboyo Bus,  maka suara operator perempuan itu akan muncul.
Oh iya, Suroboyo Bus tidak seperti bus kota yang dioperasikan Damri maupun pihak swasta. Bus ini hanya menurunkan dan mengambil penumpang di halte-halte bertanda khusus. Total ada 40 halte, 20 halte di rute berangkat (Terminal Purabaya-Jembatan Merah) dan 20 haltel di ruta balik (Jembatan Merah-Terminal Purabaya). Di luar itu, jangan berharap Suroboyo Bus mau berhenti.
Sementara ini, Suroboyo Bus mengambil rute tengah kota. Rute berangkat adalah dari Terminal Purabaya ke Jalan Ahmad Yani, Wonokromo, Raya Darmo, Urip Sumoharjo, Basuki Rahmad, Embong Malang, Baluran, Pahlawan, Indrapura, dan Rajawali. Sementara rute balik adalah Jalan Rajawali, Veteran, Pahlawan, Gemblongan, Tunjungan, Gubernur Suryo, Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo, Raya Darmo, Wonokromo, Ahmad Yani, Terminal Purabaya. 
Sejak di-soft launching, bus ini memang gratis. Tapi, sejak 1 Mei sudah berbayar. Tapi, bayarnya pakai sampah plastik bekas minuman. Kalau yang model gelas, dibutuhkan 10 gelas. Kalau ukuran sedang butuh lima botol, dan tiga botol untuk ukuran besar. Semua itu untuk menebus satu tiket saja. 
Bus dengan kapasitas 67 penumpang tersebut juga memiliki sejumlah fasilitas kelas eksekutif. 12 seat warna pink untuk penumpang perempuan, empat seat warna merah untuk lansia, 29 seat warna orange untuk penumpang laki-laki, dan lainnya area standing dengan handle untuk pegangan penumpang.
Tidak itu saja, penumpang yang hendak masuk ke dalam bus merk Mercedes Benz itu tinggal melangkah karena ketinggian pintu masuk bus selevel dengan pedestrian. Selain nyaman, bus ini juga sangat ramah bagi penyandang disabilitas. Ada tombol khusus dekat pintu masuk yang jika dipencet akan langsung direspons oleh asisten pengemudi bus untuk membantu penyandang disabilitas masuk ke bus. Pada bagian bawah pintu masuk, terdapat tuas yang jika ditarik dapat dilewati oleh kursi roda.
Beberapa fasilitas Suroboyo Bus tersebut memang jauh lebih baik dibandingkan angkutan lain yang saat ini sudah beroperasi di Surabaya. Kenyamanan tersebut diharapkan bisa menyedot masyarakat Surabaya untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi melainkan angkutan massal.
Bus ini memang cukup elegan saat beroperasi di jalan raya. Mulai dari Terminal Purabaya di Bungurasih Waru Sidoarjo hingga di Jalan Rajawali dekat Jembatan Merah, bus tersebut beroperasi mulai pukul 06.00 hingga pukul 20.00.
Selain penyandang disabilitas, bus tersebut juga sangat peduli terhadap penumpang wanita. Hal itu ditunjukkan dengan fasilitas warna bangku penumpang. Pemisahan area tersebut untuk meminimalisir tindak pelecehan seksual di dalam bus..
Dari tingkat keamanannya pun, Dinas Perhubungan Surabaya juga telah memesan agar bus tersebut dipasang Closed Circuit Television (CCTV). Bus ini dilengkapi 9 CCTV di setiap sudut pada bagian dalam bus dan 3 kamera pada bagian luar. Keberadaan kamera-kamera ini untuk memberikan rasa aman bagi para penumpang. Di samping itu, pintu bus juga dilengkapi sensor, sehingga bila ada penumpang yang menghalangi, pintu tidak akan tertutup. Selama pintu belum tertutup, bus tidak dapat berjalan.
Dalam keadaan darurat, bus berukuran lebar 2,4 meter dan panjang 12 meter tersebut sudah dilengkapi dengan sistem panic button. Bila ada kondisi kebakaran atau kecelakaan, pengemudi bus dapat menekan tombol tersebut, maka alarm akan berbunyi dan pintu bus akan terbuka otomatis.
Dari pantauan saya, Suroboyo Bus memang sudah banyak jadi alternatif transportasi hingga saat ini. Kebijakan Wali Kota Surabaya, Tri Rismharini untuk menggratiskan tiket para penumpang juga jadi salah satu faktor.
Wali kota yang akrab disapa Risma ini yang juga membuat aturan agar para penumpang membawa sampah botol plastik sebagai biaya ganti tiket bus, juga membuat bus ini menjadi semakin istimewa. Aturan yang dibuat untuk meminimalisir penggunaan botol plastik di kawasan Surabaya.
Dinas Perhubungan juga telah berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau, terkait mekanisme penanganan sampah plastic yang dibawa oleh penumpang. (*)