Risma Sukses Tanam Tabebuya di Surabaya


Sudah sepekan ini tabebuya bermekaran di Surabaya. Warnanya beragam. Ada kuning, pink, putih, dan broken white. Gara-gara kembang yang bentuknya mungil ini, warga Surabaya menjadi heboh. Heboh ingin foto di bawah, samping atau atas pohon tabebuya (mungkin juga ada yang nekat manjat demi foto yang berbeda). Lalu, foto itu diupload di media sosial. Di IG, misalnya. Lalu kepsennya seragam, "Serasa di Jepang."
Tabebuya memang mirip bunga Sakura. Mungil, bergerombol, ringan, lembut, kalau disapu angin langsung berterbangan. Kata Wikipedia, tabebuya (Handroanthus chrysotrichus) biasa disebut terompet emas. Tanaman ini asalnya dari Brazil.

Karena bunganya mirip Sakura, banyak yang mengira tabebuya masih satu keluarga dengan kembang kebangsaan Jepang itu. Padahal, sebenarnya dua tanaman ini sama sekali tidak berkerabat. Pohon tabebuya memiliki kelebihan di antaranya daunnya tidak mudah rontok. Di saat musim berbunga maka bunganya terlihat sangat indah dan lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras.

Setiap spesies pohon tabebuya memiliki warna yang berbeda-beda. Saat ini warna yang banyak dikenal adalah putih, merah muda, kuning, kuning jingga, magenta, plum, dan ada yang merah. Terdapat motif garis warna ungu di dalam bunganya. Tabebuya pada musim berbunganya mampu menghasilkan jumlah bunga yang sangat banyak dan tidak putus sejak awal musim kemarau hingga menjelang musim hujan. Bahkan sekarang ini musim pembungaan tanaman ini dapat diatur melalui manipulasi pola pemupukan. Khusus di Surabaya,  tabebuya biasa mekar berjamaah di penghujung musim kemarau. Ya, saat inilah puncak-puncaknya tabebuya menampakkan keindahannya.

Cerita tentang tabebuya di Surabaya tak bisa dilepaskan dari nama Tri Rismaharini. Wali Kota Surabaya itulah yang menginisiasi penanaman tabebuya di Kota Pahlawan. Ketika itu, di tahun 2010, perempuan yang akrab disapa Risma itu masih menjabat sebagai  kepala Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota) Surabaya.

Dikenal sebagai ahlinya taman, Risma pun mencari cara agar Kota Surabaya bisa semakin asri dengan beragam tanaman. Tak hanya asri, perempuan kelahiran Kediri itu juga menginginkan udara di kota ini bisa terus bersih. Jadi, asrinya dapat, oksigennya dapat, indahnya dapat, dan udara bersihnya juga dapat.
Risma pun memutuskan membawa bibit tabebuya dari Kediri dan Malang, ke Surabaya. Kebetulan tabebuya sudah dibibit di dua kota tersebut. Bibit itu dibawa ke Surabaya sebelum tahun 2010, lalu dikembangkan di Kebun Bibit. Ternyata proses pengembangannya sukses. Jadilah di 2010, pohon tabebuya mulai ditanam serempak di sejumlah jalan protokol.

Dan ternyata Risma sukses besar. Dua tahun ini, tabebuya berhasil mencuri hati warga. Tak hanya orang Surabaya saja, tapi juga membuat kagum warga  luar kota. Bahkan, pemberitaan tentang Surabaya  rasa Jepang gara-gara tabebuya, mengalir deras tak terbendung. Tabebuya pun bikin penasaran hingga tak sedikit orang datang ke Surabaya hanya untuk membuktikan bahwa ada sakura di ibu kota provinsi Jawa Timur ini. Atau, mereka datang karena ingin foto bersama tabebuya. Lha daripada jauh-jauh dengan ongkos mahal ke Jepang, ya ke Surabaya saja kalau ingin foto di antara reruntuhan sakura. (*)