Jangan memaki WhatsApp (WA).
Layanan komunikasi gratis milik Facebook ini sudah memberi banyak manfaat pada hampir
satu miliar penggunanya di seluruh dunia.
So, kalau sore tadi WA
ngambek sekitar pukul 15.00, nggak usah dipermasalahkan. Toh ngambeknya tak
lebih dari satu jam. WA juga buatan manusia. Jadi, sudah pasti ada
kekurangannya.
Ibaratkan saja WA itu seperti
tubuh. Kalau bebannya terlalu berat, onderdil-onderdilnya juga bisa ngambek.
Masih untung ngambeknyakurang dari sejam.
Bayangkan kalau ngambeknya sehari
atau dua hari? Wah, tak bisa dibayangkan ‘kekacauan’ yang terjadi di muka bumi
ini.
Kira-kira, kalau WA ngambek
lama, apa yang terjadi? Operator selular pastinya yang untung. Panen. Mereka
yang tidak bisa WA-an, akhirnya terpaksa harus kirim SMS atau menelepon. Nah, pendapatan
operator dari biaya yang dikenakan dua layanan ini pasti akan membengkak.
Bagi penggunanya, WA memang bisa
disebut anugerah. Hanya dengan data di gadget kita, WA bisa dijalankan semau
penggunanya. Tidak hanya untuk kolega di negara yang sama, tapi WA tetap saja
gratis hingga untuk mereka yang ada di penghujung dunia. Tak hanya gratis untuk
komunikasi satu arah, tapi juga dua arah (lewat telepon dan video).
Lantas, kalau WA mati kayak
sore tadi, siapa yang dirugikan? Tentu saja semua penggunanya. Mereka yang
sedang pacaran, tak bisa curhat-curhatan. Istri yang ingin video call dengan suaminya,
terpaksa juga nggak bisa melakukannya.
WA dibuat Ian Koum tahun
2009. Berarti usianya masih delapan tahunan. Masih anak-anak. Masih perlu gizi
atau vitamin untuk pertumbuhannya. Awal mulanya WA memang khusus untuk iPhone.
Eh, berarti kita juga harus berterima kasih pada Apple yang akhirnya membagi
layanan ini untuk semua operating system.
Memangnya, #WhatsAppDown tadi
karena apa sih? Belum ada penjelasan dari Facebook kan? Mari kita tunggu kabaranya.
(*)