Hiburan dari Bokong Truk


Berkendara berjam-jam, tentu membosankan. Apalagi kalau kena macet, sudah pasti bertambah bosan dan bawaannya emosi. Nah, di saat kondisi seperti itu, tulisan maupun gambar-gambar di bokong (bak) truk bisa menjadi hiburan.

Orang Indonesia memang dikenal kreatif. Kreativitas itu salah satunya bisa kita lihat ketika berkendara di jalanan. Cobalah perhatikan bak-bak truk yang melintas.  Jarang dijumpai ada bak truk yang polosan. Pasti ada saja coretannya. Entah itu dalam bentuk tulisan maupun gambar.
Tulisannya pun beragam, juga ada beberapa tema. Tema pertama dan yang paling sering dilihat adalah tentang perempuan. Ada yang nyindir, tapi ada juga yang memuji kaum Hawa. Ada yang tulisannya menyemangati, tapi banyak pula yang nyinyir.  Misalnya; “Kutunggu jandamu”,  “Janda semakin di depan, perawan  semakin ketinggalan”,  “Jangan ngaku cantik, kalau bukan istrinya sopir”, “Ragat truk ketok hasile, ragat purel ketok gobloke”, “2 anak cukup, 2 istri bangkrut”, “Dilarang mengangkut istri orang”, “Purel kok disayang”, “Kalem rupane ganas goyangane”.
Tema kedua adalah lucu-lucuan. Setiap membacanya, sudah pasti kita ngakak nahan perut. Sebagai contoh; “Udah lama gak gitu, eh sekali gitu gak lama”. Kalimat ini mungkin maksudnya untuk menyindir pasangan yang jarang bercinta. Tapi, sekalinya bercinta tak bisa bertahan lama.
Tulisan lucu lainnya, misalnya; “Aku tanpamu bagaikan sego kucing ilang karete. Ambyaarrr”, “Kadung sunat gak sido rabi”, “Beratnya rindumu tak seberat muatanku”, atau “Ya Allah jauhkan aku dari ibu-ibu pake motor yang lampu sennya ke kiri tapi beloknya ke kanan”, “Ojo dolanan barang nylempit, enake sak menit rekosone sundul langit”.
Banyak pula tulisan-tulisan nakal yang bikin gemas pembacanya. Sebagai contoh; “Ra kerjo ra murel”, “Gara-gara SMS bojoku minggat”, “Pacar isi ulang”.
Selain tulisan nakal, banyak pula tulisan yang berisikan pesan atau nasehat kehidupan. Seperti; “Doa di telapak kaki ibu”, “ Doa membawa berkah”, “Kalau tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud”, “Tidak ada kata seindah doa”, “Ya Alah ampunilah dosa2ku. Selama aku mengambil kesenangan di atas penderitaan orang lain”.
Juga banyak tulisan yang menyindir profesi sopir. Contohnya; “Cinta sopir sebatas parkir”, “Truk ini memang jelek, sopirnya juga jelek, yang baca malah tambah jelek”,  “Ora butuh mantu sopir”.
Ada pula yang bergaya pakai bahasa Inggris, tapi justru tulisannya bikin kesal karena sulit diartikan.  Soalnya kalimat yang dimakai tidak matching satu sama lain. “Misalnya; “New Fear The Me is3”. Kalimat ini sebenarnya untuk menegaskan kata “Nyopir demi istri”.Ada juga kalimat, “Don’t Rich People Difficult”. Kalimat ini untuk menegaskan kata “Jangan kaya orang susah”.
Selain tulisan yang kreatif, gambar yang digunakan untuk mendukung setiap tulisan atau pesan, juga variatif. Mulai gambar wanita seksi, perempuan desa, hingga ustaz. Semuanya tergantung dari tulisan yang dibuat.
Entah sejak kapan dan siapa yang memulai, tiba-tiba tulisan dan gambar di bokong truk mulai banyak berseliweran. Jalur-jalur yang banyak dilewati truk, seperti Pantura atau jalur selatan, pemandangan seperti itu sudah menjadi hal biasa.
Kalau di Kota Pahlawan, daerah seperti Jalan Kalianak, Margomulyo, Pelabuhan Tanjung Perak, atau Rungkut adalah kawasa-kawasan yang dengan mudah kita temui hiburan di bokong truk. Bahkan, akhir-akhir ini muncul di sosial media, Instagram misalnya, akun yang menyebut mereka adalah penggemar tulisan di bokong truk.  Siapapun boleh mengirim foto untuk diunggah di akun itu.
Jika diamati, sebenarnya pembuatan gambar dan tulisan tersebut memang tidak sulit. Terlihat dari bentuk tulisan yang awutan-awutan dan gambar yang asal-asalan. Bermodalkan cat dan sedikit kreatifitas, tulisan lucupun bisa dibuat. Namun, seiring canggihnya teknologi, maka banyak alat dan juga teknik  untuk membuat tulisan atau gambar di pantat truk tersebut, seperti airbrush, cutting sticker dan lain-lain. Namun, bagaimanapun tekniknya, yang jelas tulisan harus dibuat sekocak mungkin.
Namun bagi Zainal Abidin, 40, tulisan yang ada di bak truk miliknya bukan hanya untuk sekadar lelucon saja. Menurutnya, hal itu juga digunakan sebagai identitas truknya. Tujuannya, agar truknya mudah dikenali oleh teman seprofesinya. Meski demikian, ia tak menampik jika tulisan di bak truknya memang sengaja dibuat agar masuk dalam kategori truk kekinian.
"Kalau di Surabaya sepertinya masih jarang, namun kalau di kawasan pantura tentu berbeda. Tidak menjadi truk gaul, jika di baknya gak gambar dan tulisan," ungkapnya, saat ditemui di kawasan Jalan Margomulyo.
Bahkan di tempat tinggalnya, tulisan atau gambar yang ada di pantat truk sudah menjadi "gengsi" sesama sopir. Untuk itu, pria yang biasa mengangkut aneka polowijo tersebut rela merogoh kocek untuk menghias bak truknya. Meski cukup mahal, namun hal itu tetap dilakukan olah bapak tiga anak itu. Zainal harus merogoh kocek antara Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu untuk tulisan dan gambar di bak trukya. "Saya tidak membuatnya sendiri, melainkan menggunakan jasa tukang cat, yang memang khusus membuat tulisan di bak truk tersebut,"  terangnya.
Meski terdengar mahal, namun bagi Zainal pandangan itu salah jika dibandingkan dengan umur gambar yang bisa bertahan hingga beberapa tahun. Meski terkena panas dan hujan, cat yang menempel kuat di kayu jati atau mahoni tersebut tetap bisa bertahan. Sedangkan tulisan atau gambar tersebut bisa dipesan, pemilik kendaraan yang memiliki ide atau  pemilik meminta ide bantuan tukang cat.
"Setelah deal, proses pengecatan akan dilakukan. Tak butuh waktu lama, kalau untuk gambar  yang sederhana. Cukup kita tunggu sambil ngaso dan minum kopi saja, heheh," lanjut pria yang sudah sepuluh tahun menjadi sopir ini.
Mengenai efek domino antara tulisan yang ada di pantat truk dengan tombo ngantuk, Zainal sangat setuju. Sebab, dengan membaca tulisan yang menggelitik dan lucu membuat kendaraan yang di belakang truk, akan sedikit terhibur. Tak gagal fokus hingga menabrak. Selain itu, kondisi jalan Pantura yang sering macet membuat tulisan atau gambar di pantat truk bisa sedikit mengusir rasa penat.
"Kenapa saya bisa bicara seperti itu, karena kondisi itulah yang saya alami ketika melihat tulisan di bak truk teman-teman saya. Sedikit terhibur lah," tandasnya sambil ngakak.
Lain lagi cerita Herwindo. Ia mengaku tulisan yang ada di bak truknya merupakan bentuk curhatan. Tulisan, “Pulang malu tak pulang rindu” tersebut memang sering ia alami. “Pingin pulang karena kangen istri. Tapi, ya malu juga karena belum ada uang. Malu sama mertua,” katanya ketika ditemui di sebuah warkop di Jalan Kalianak.
Herwindo sudah tujuh tahun ini menjadi sopir ekspedisi antar kota lewat Jalur Pantura.  Ia mengaku, tak cukup banyak rupiah yang bis ia bawa pulang untuk istri dan keluarganya. “Kerja dua minggu, bawa duitnya hanya cukup untuk hidup maksimal sepuluh hari,” aku tamatan SMA itu. (*)