Lima Tips Penerbangan Malam


Terbang malam? Mungkin banyak orang yang tidak menyukainya. Tapi, kalau saya sih lebih menyukai perjalanan malam jika naik pesawat. Alasannya sih mungkin gak masuk akal bagi sahabat nofianisa.
Saya suka terbang malam karena begitu masuk pesawat, bisa langsung tidur. Kok tidur? H…he…he…, pada dasarnya saya ini membenci perjalanan menggunakan pesawat. Tapi, karena alasan efektivitas, terpaksa harus naik pesawat. Apalagi kalau urusannya dengan pekerjaan, sudah pasti tiket perjalanan dipilihkan naik pesawat. Ya sudah, terima jadi saja.
Tidur adalah salah satu cara saya meredam rasa takut naik pesawat. Beberapa kali saya harus minum antimo (maaf nyebut merek) supaya bisa langsung tidur ketika duduk di kursi pesawat. Seringkali kebiasaan saya ini ditertawakan teman, tapi ya cuek aja sih. Namanya takut, ya saya sendiri kan yang bakalan merasakan. Mosok yo teman saya? Nggak mungkin kan?
Pengalaman pertama saya naik pesawat malam ketika pulang dari Jakarta. Ketika itu ada acara yang jadwalnya bisa selesai lebih cepat. Akhirnya memilih langsung pulang daripada harus nginep semalam lagi di Jakarta (Secara saya kan paling benci dengan ibukota). Iseng-iseng cari tiket, eh dapat tiket Lion Jakarta-Surabaya pukul 24.00 dengan harga yang sangat cantik. Nggak pakai mikir lama, akhirnya saya beli tiket itu.
Tahu sendiri kan semua sudut kota Jakarta yang mengarah ke Bandara Soetta, semua-semuanya macet di jam-jam pulang kerja. Tapi, sutralah. Saya tetep pilih pulang malam juga daripada harus nginep lagi di Jakarta. Jam 17.00 saya sudah meluncur dari kawasan Thamrin ke Bandara Soetta. Gak peduli diketawain teman karena bakalan menunggu lama di bandara. “Nunggu malah enak, bisa ngopi atau tidur dulu,” kata saya.
Singkat kata singkat cerita, ketika itu saya nyampai bandara sebelum jam 19.00. Artinya saya harus nunggu lima jam untuk bisa terbang ke Surabaya. Beruntung ketika itu pesawat Lion nggak delay. Waktu menunggu pun bisa saya gunakan untuk melakukan banyak hal. Ngopi, makan, salat, tidur, baca buku, bikin laporan kerjaan, dan stalking akun mantan. Wkwkwkwkw……
Sebaliknya, dari Surabaya ke Jakarta, saya juga pernah memilih penerbangan malam. Juga dengan pesawat Lion. Tapi ketika itu pesawat jam 23.00. Karena kantor saya nggak begitu jauh dari Bandara Juanda, setelah beres kerja bisa langsung meluncur. Dari Gedung Graha Pena (Jalan Ahmad Yani 88) pukul 21.00, setengah jam berikutnya saya sudah nyampe bandara. Masih ada waktu untuk nyruput kopi.
Saat itu saya ada agenda ke Bangkok dengan penerbangan Thay Airways jam 08.00 dari Terminal 3 Bandara Soetta, Jakarta. Karena  (lagi-lagi) nggak mau bermalam di Jakarta, saya pilih penerbangan dari Surabaya yang mepet. Saya pilih penerbangan paling malam, ya itu tadi. Pukul 23.00 dengan Lion. Nyampe Jakarta sekitar 00.30, tempat pertama yang saya tuju begitu landing adalah musala. Beruntung ketika itu musalanya sepi. Jadi saya bisa sekalian istirahat.
Nah, dari sekian kali pernah melakukan perjalanan malam dengan pesawat itu, akhirnya saya bisa merangkum beberapa hal. Saya menyebutnya tips penerbangan malam. Apa saja?

1. Bawa baju tebal atau jaket
Penting banget lho bawa penghangat tubuh. Karena rata-rata penerbangan malam lebih dingin dari yang siang. Apalagi untuk pesawat-pesawat berbadan lebar, rasanya kok malah lebih dingin ya. Kalau perlu bawa kaos kaki juga. Biar di pesawat bisa nyaman dan bagi saya yang penting adalah bisa tidur. Seringkali karena dingin, kita jadi susah tidur.

2. Jangan mepet tiba di bandara
Biasanya kita disarankan satu jam sebelum boarding sudah tiba di bandara. Kalau ikut penerbangan malam, rasanya lebih baik dua atau tiga jam sebelum boarding sudah ada di bandara. Karena rata-rata penerbangan malam on schedule. So, supaya kita nggak terburu-buru.

3. Bawa teman pembunuh sepi
Karena memilih lebih cepat tiba di bandara, akhirnya banyak waktu luang untuk nunggu take off. Belum lagi kalau pesawat delay, artinya waktu untuk nunggu menjadi lebih lama. Lantas, sambil nunggu kita ngapain? Yang jelas terserah kita. Kalau saya lebih suka melakukan hal-hal yang saya suka. Ngopi ada di daftar urutan nomor satu. Lalu, baca buku. Kesimpulannya, kopi dan buku adalah teman pembunuh sepi nunggu penerbangan malam. Kalau Anda apa?

4. Bawa makanan atau kudapan dan minum
Saya pernah jengkel karena tidak menemukan tempat makan yang sesuai ketika menunggu penerbangan malam di Bandara Soetta. Ada sih makanan yang saya suka, tapi ketika mau beli ternyata sudah habis.
Saya ingat, pernah pingin makan soto karena lapar. Ada resto di Bandara Soetta yang menawarkan soto, tapi karena sudah jam 22.00, sajian berkuah itu sudah habis. Saya pun ditawari bakso. Oke deh, toh sama-sama berkuahnya. Tapi ketika si bakso itu tiba di hadapan saya, ternyata kuahnya sudah tak panas lagi. Alhasil lemak-lemaknya malah ngendal di mulut. Sejak saat itu, setiap ada penerbangan malam, saya selalu bawa bekal. Minimal mi instan goreng dengan telur mata sapi dan irisan cabai.

5. Percaya diri
Bukan karena menganggap bandara tempat yang tidak aman, tapi percaya diri harus tetap kita junjung tinggi di mana dan jam berapa pun kita berada. Kenapa? Supaya kita tidak menjadi target kejahatan, tidak disepelekan, dan tetap dihormati orang lain. Kalau di bandara kita ketakutan atau clingak-clinguk, akan mengundang orang lain untuk mendekati. Ya kalau mendekatinya untuk membantu. Lha kalau untuk maksud negatif?  (*)