Sebel Sama Suami


Ceritanya lagi sebel sama mas bojo. Sebel soal kerumahtanggaan. Sebel karena yang dia lakukan di rumah justru menciptakan lapangan pekerjaan baru buat saya. Apalagi posisi saya sebagai istri, yang notabene harus menjaga tugas domestik di rumah. Semua urusan kerumahtanggaan, adalah kewajiban saya untuk mengerjakannya.

Ceritanya, pas lagi pulang kerja, wajah langsung keluar jerawat gegara di bak cuci piring ada rombongan semut lagi upacara. Entah upacara apa. Mungkin upacara HUT Persemutan. Jumlahnya ratusan. Semut pudak, semut item, hingga semut yang kalau nge-sun bikin cekit-cekit, semua berbaris. Mereka berbaris mengeliling bekas kupasan buah per. Bisa jadi mereka naksir tuh kulit per, karena si buah penuh air itu saking manisnya.
Yang saya tahu, mas bojo tadi ketika berangkat kerja memang ngupas per untuk bekal. Rupanya kulit si per ini nggak di buang di bak sampah. Cuma dibiarkan aja di bak cuci piring. Telenan dan pisaunya juga cuma ditinggal gitu aja. Padahal, kalau mau buang sampah, sudah saya sediakan bak sampah anti bau di bawah bak cuci. Kalau mau cuci telenan atau pisau, air juga tinggal muter krannya. Kenapa nggak dilakukaaaaannnnnn? Cuma bisa gedek….
Ya, akhirnya saya lah yang ketiban rezeki. Habis ganti baju, pakai seragam kerumahtanggaan alias daster, harus bersih-bersih bak cuci piring. Mulai menyabuni sampai ngepel bagian bawah, karena ternyata si semut juga berkelana di bawah bak cuci piring. Mungkin karena kecapekan upacara terus perut kenyang, si rombongan semut itu jalan-jalan entah ke mana.
Laki-laki memang tidak seperti perempuan. Maksudnya, sifatnya. Perempuan itu detil habis. Tanggung jawab dari hulu ke hilir, dari hilir ke hulu. Maunya semua rapi. Apalagi kalau sudah menyentuh urusan rumah. Kalau para suami, biasanya pulang kerja, kunci mobil langsung digeletakkan gitu aja. Ganti baju ya ditaruh di atas kasur. Kaus kaki, ya masih di dalam sepatu. Tas kerja, ditaruh di ruang tamu.
Kalau perempuan? Kunci mobil, kunci rumah akan diletakkan di tempatnya (di rumah kami digantung di ruang keluarga). Baju seragam digantung di hanger, karena besok atau lusa pasti masih dipakai lagi. Kaos kaki sudah langsung masuk kantong pakaian kotor dan seterusnya.
Beruntung saya sudah punya pengalaman punya kakak laki-laki yang kebiasannya persis kayak mas bojo. Jadi, sudah nggak kaget lagi. Ibarat kata, sudah punya pengalaman. Wkwkwkwk….
Lantas, solusinya apa? Ya yang sabar saja. Karena sifat yang demikian ini susah diilangi. Pernah mas bojo saya kasih tau, saya protes, dan sejenisnya. Tapi, ya lagi-lagi, ya gitu lagi. Akhirnya saya hanya bisa berkata: itulah seninya suami istri. Saling melengkapi! (*)