Heather Variava, Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya


*Mantan Jurnalis yang (Ternyata) Betah Tinggal di Surabaya

Tahun lalu saya punya kesempatan bertemu Heather Variava. Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya itu menyempatkan datang ke kantor. Ingin berkenalan, katanya. Maklum, ketika itu Variava baru menjabat. Ia menggantikan  Joaquin F Monserrate yang menempati pos barunya di Kedutaan Amerika Serikat di Meksiko.
Tiga hari sebelumnya, staf humas Konjen Amerika Serikat Esthi Durahsanti sudah ngabari kalau bosnya mau datang. Senang, tentu saja. Tapi, ya saya agak-agak gimana. Secara, bahasa Inggris saya tidak cas cis cus. He…he…he. Terus, kali ini harus nemui tamu: orang penting dari negeri yang penting pula. Hadeh!
Saya pun searching tentang Heather Variava. Biar enggak mati gaya jika nanti ngobrol dengan orang nomor satu di Konjen Amerika Serikat di Surabaya itu.
Benar juga. Hasil searching saya ternyata lumayan ampuh. Perbincangan siang itu berlangsung gayeng. Selain Esthi, Heather Variava juga mengajak Emily Norris, humas Konjen Amerika Serikat. “Surabaya sangat menyenangkan,” kata Variava. Ia menyampaikan kalimat sederhana itu dengan bahasa Indonesia yang cukup baik. Kalau skalanya 1-10, nilainya 8.
Alhamdulillah. Pikir saya dalam hati. Berarti saya tak harus ngomong pakai bahasa Inggris. Ternyata Variava sudah pintar berbahasa Indonesia. Ini tentu saja di luar dugaan saya.
Siang itu ia mengenakan celana panjang hitam dipadu blazer warna ungu gelap. Ada kalung unik menghiasi lehernya. Ia memilih menaruh jam di tangan kanannya. Rambutnya yang ngandan-ngandan, ia kuncir ekor kuda. Relatif sederhana untuk dandanan seorang Konjen. “Ini dandanan favorit saya,” aku Variava lantas menyunggingkan senyum indahnya.
Siang itu obrolan nyaris tak ada yang serius. Perempuan asli Iowa itu lebih banyak bercerita tentang kekagumannya dengan Surabaya, meskipun ia belum lama tinggal di Kota Pahlawan. “Makanannya enak,” katanya.
Variava bercerita, ketika bertemu Gubernur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi, ia diajak makan rawon. Baginya, kuliner berkuah warna hitam itu sangat asing. “Saya baru tahu ketika di Grahadi itu,” ujarnya, lantas agak terkekeh.
Ditugaskan di Surabaya, Variava mengaku senang. Meskipun tak begitu mengenal Kota Pahlawan, tapi ia menganggap tugasnya kali ini akan cukup mengasyikkan. “Saya sudah terbiasa dengan petualangan,” akunya. Variava tercatat juga pernah ditempatkan di Dhaka (Bangladesh), Ho Chi Minh City (Vietnam), dan Mumbai (India).
Sebelum berkarir di dunia diplomatik, Variava adalah jurnalis.  Tak heran jika negara baru, kota baru yang menjadi tempat tinggalnya sekarang,sebelumnya tak ia kenal. “Jurnalis sudah biasa seperti itu. Bisa ditempatkan di mana-mana,” sambungnya.
Tentang Surabaya, selain kulinernya, yang membuat Variava terkesan adalah masyarakatnya. Ia menganggap warga Kota Buaya cukup ramah. “Ini yang akan membuat saya betah di Surabaya,” pungkas Variava. (*)