Batuk merupakan gejala klinis yang paling sering didapati
pada anak. Batuk sering menimbulkan kekhawatiran orang tua. Bagaimana kita
menyikapinya?
Kalau hanya batuk biasa, orang tua mungkin tak akan sampai
khawatir dan bergegas memeriksakan anaknya ke dokter. Tapi kalau sudah menjadi
batuk membandel atau berulang sehingga mengganggu tidur, aktivitas belajar,
nafsu makan serta tumbuh kembang anak, tentu saja hal tersebut sudah menjadi
perhatian serius. Orang tua harus segera bersikap, karena dengan keterbatasan
pengatahuan ataupun usia, si anak mungkin tak tahu dengan bahaya batuk yang
sudah dideritanya. Dokter spesialis anak RS Adi Husada Undaan Wetan, dr Annie
Kusumadewi SpA mengungkapkan, keluhan batuk pada anak adalah wajar. Dengan
catatan keluhan itu terjadi 6-8 kali setahun saja. “Kalau sudah lebih dari
delapan kali, berarti ada sesuatu. Sebaiknya orang tua segera membawa buah
hatinya ke dokter, supaya lebih cepat diketahui apa penyebab batuk mereka,”
katanya. Diungkapkannya, di RS Adi Husada Undaan Wetan, dari data kunjungan
klinik anak selama bulan Januari hingga April 2010, batuk adalah penyakit
terbanyak. Hal ini menegaskan bahwa anak-anak memang sangat rawan terhadap
penyakit jenis ini. “Konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan bila anak
sedang mengalami batuk,” ujarnya. Lebih lanjut dijelaskannya, batuk sebenarnya
tidak selalu tanda penyakit. Batuk bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan
tubuh yang penting. “Misalnya untuk membersihkan jalan nafas terhadap lendir
atau benda asing yang terhirup atau tertelan,” beber dokter Annie. Sebetulnya
batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Utamanya
pada saluran napas. Timbulnya batuk adalah gerak refleks alami untuk melindungi
tubuh sebagai usaha untuk membersihkan saluran napas dari material yang tidak
diinginkan. Baik bahan-bahan asing maupun hasil sekresi alami yang berlebihan
pada saluran napas. Saluran napas dilapisi sel-sel berbulu (silia) cukup
efektif untuk mempertahankan agar saluran napas tetap bersih dengan menyapu lendir
atau dahak ke arah tenggorokan. Tetapi pada infeksi saluran napas, silia ini
dapat rusak sehingga batuk yang efektif sangat penting. Walaupun merupakan
refleks, batuk dapat juga disengaja atau ditahan. Pusat pengontrol batuk
terletak pada sumsum tulang belakang yang berdekatan dengan pusat pernapasan.
Lantas, batuk seperti apa yang harus mendapatkan perhatian serius? Menurut
Dokter Annie, jika batuk pada anak sudah berlendir dengan warna kuning atau
hijau, terlebih lagi berbau, bertambah berat pada malam hari, bertubi-tubi,
disertai sesak, nyeri dada, nyeri telan, suara serak, berat badan anak turun,
serta demam, maka orang tua harus segera mengambil tindakan tegas. Yaitu
membawa anak ke dokter karena dibutuhkan penganganan sesegera dan seseksama
mungkin. “Dokter akan memeriksa, menemukan penyebabnya dan memberikan resep
supaya keadaan tidak lebih berat,” ujarnya. Mencari penyebab batuk, kata Dokter
Annie, tidaklah mudah. Riwayat dan sifat batuk sangat membantu menentukan
penyebab batuk. Namun dalam beberapa kasus, diperlukan pemeriksaan darah, foto
rontgen, uji tuberkulin atau uji lainnya. Dijelaskannya, penyebab terbanyak
batuk pada anak adalah karena infeksi. Batuk yang disebabkan infeksi biasanya
sembuh dalam beberapa hari saja. Selain itu batuk juga dapat disebabkan karena
alergi, iritasi, penyakit paru serta kelainan bawaan. “Terutama pada bayi,”
sambungnya. Menurut Dokter Annie, batuk juga dapat merupakan gejala adanya
gangguan pada sistem tubuh. Misalnya, tanda adanya gangguan pada jantung,
lambung dan psikologis. “Kalau pada orang dewasa, batuk yang berlangsung lama
sering disebabkan oleh tuberkulosis,” katanya. Namun pada anak berbeda.
Tuberkulosis jarang menyebabkan batuk pada anak. Gejala yang lebih sering
timbul adalah demam yang berlangsung lama dan berat badan yang sulit naik.
Diungkapkannya, pada anak batuk yang membandel lebih sering disebabkan oleh
alergi. Asma, misalnya. Anak yang menderita asama memunyai saluran nafas yang
meradang, sehingga batuk biasanya berlangsung lebih lama. “Pilek dan sinusitis
karena alergi juga sering menimbulkan batuk yang membandel,” urai Dokter Annie.
Karena penyebab batuk bervariasi, maka penanganan penyakit ini perlu
disesuaikan dengan penyebabnya. Bukan Sekadar menghentikan batuk dengan segera
saja. Pada batuk dengan dahak yang berlebih, obat diperlukan untuk megeluarkan
dahak. Selain dengan pemberian obat-obatan, diperlukan juga peran orang tua
untuk membantu keberhasilan penanganan batu, seperti pengaturan lingkungan di
dalam rumah. “Bebaskan anak kita yang batuk dari debu, tungau, jamur maupun
kecoba. Karena benda-benda itu bisa memancing anak untuk terus-terusan batuk,”
urainya. Dokter Annie mengingatkan, peran orang tua atau pun anggota keluarga
memang sangat besar bagi proses kesembuhan anak yang menderita batuk. Anggota
keluarga juga diminta aktif menghindarkan anak dari polusi udara dan asap,
pengaturan diet dan nutrisi maupun aktivitas anak. “Yang juga sangat penting
adalah ketaatan anak minum obat dari dokter. Karena kalau semua larangan sudah
dilakukan, tapi minum obatnya tidak teratur, ya cepat sembuhnya sulit,”
ingatnya. (*)