Tak hanya perempuan yang peduli
pada perabotan rumah tangga. Laki-laki juga bisa. Misalnya saja Donwori, 29.
Mentang-mentang akan cerai, ia tak mjau rugi. Seluruh perabotan di rumahnya
ikut diboyong pergi. Antara nggragas
sama primpen memang beda tipis sih.
Laki-laki seperti Donwori ini
mungkin jumlahnya 1000 : 1. Nyentrik sekali lah istilahnya. Ya bagaimana ya.
Sebelum bercerai, ia melakukan tindakan yang berpotensi besar menimbulkan
gunjingan. Masa ia memboyong seluruh perabotan rumah tangga. Mentang-mentang
selama ini yang cari duit dia.
“Baru pertama kali lihat
laki-laki nggragas ya Donwori ini,” kata Karin saat berada di ruang tunggu
Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya.
Ceritanya, Karin lah yang
mengajukan gugatan cerai pada Donwori. Sebelum proses perceraianannya diurus,
Karin pulang ke rumah orang tua yang hanya berjarak satu kilometer dari
kediamannya. Pisah ranjang lah istilahnya. Saat itu, ia tak persiapan apa-apa.
Hanya pergi bermodal pakaian yang ia dan anaknya kenakan . Pikirnya, jika
suaminya sedang kerja, ia bisa sewaktu-waktu balik ke rumah untuk mengambil
pakaian.
Namun rupanya, rencana Karin tak
berjalan sebagaimana yang ia harapkan. Setiap hari kembali ke rumah, setiap
hari juga ia harus kecele karena rumahnya dikunci Donwori.
Bahkan kunci rumah yang biasanya diletakkan di atas meter listrik, juga
tak ada. Dibawa kerja.
Sebenarnya Karin hanya butuh
pakaian untuk anaknya yang masih berusia dua tahun. Maklum, anak usia segitu
rawan sekali kotor bajunya. Kalau harus beli ya terasa sekali. Wong ia hanya
murni ibu rumah tangga yang tabungan saja tak punya. Karena putus asa, akhirnya
ia terpaksa menghubungi Donwori. Meminta kalau sedang pergi bekerja, ia
tinggalkan saja kuncinya di tempat biasa. Tau jawaban Donwori? “Yo emoh,
engko barang-barang yang ada di rumah tok boyong kabeh, ( ya jangan, nanti
barang-barang di rumah kamu bawa semuanya, Red), “ kata Karin menirukan pesan
WA suaminya.
“Ya Allah.. langsung nyebut aku
dituduh begitu. Kok isa-isane mikir kayak gitu,” sambat
perempuan asal Sukolilo ini.
Selang berapa hari, Donwori melakukan
tindakan konyol. Ia mendatangkan dua mobil pikap untuk mengangkut semua
perabotan yang ada di rumahnya. Semuanya dibawa. Mulai dari TV, almari, dua
kulkas, kipas angin, kursi. Bahkan barang remeh
temeh di dapur, seperti panci, penggorengan sekompor-kompornya, telenan dan
barang sekecil sendok juga habis ia bawa. Tak menyisakan sedikitpun barang.
“Bua ha ha ha, cuma ngguyu
tok aku. Antara geregetan sama merasa konyol. Ia cuma ninggal bajuku dan
baju anakku. Ditaruh di atas karpet gitu aja. Laine ia bawa semua,” katanya
lagi, tak bisa menyembunyikan rasa heran.
Yang membuat Karin makin
jengkel, ia juga membawa pergi perhiasan pemberian orang tuanya. Karin mengaku,
selama menikah, ia tidak pernah dibelanjani suami. Malah orang tuanya yang
terus-terusan ngasih karena kasihan melihat nasibnya. Tapi dasar Donwori
bermuka tebal, ia tak peduli. Asal di dia untung semuanya dibawa.
Muka tebal Donwori tak hanya
berhenti sampai di situ. Kalau biasanya laki-laki jika cerai memilih minggat
dari rumah, beda dengan dirinya. Ia malah betah sekali tinggal di rumah yang
notabene pemberian orang tua Karin itu. Malah Karin yang anaknya merasa
terusir. Ia baru pergi ya setelah memboyong semua perabotan itu. Mungkin sedang
mencari kontrakan baru yang bisa muat oleh barang bawaannya.
Berkat pernikahannya dengan
Donwori, Karin sempat merasa trauma dengan laki-laki. Lah bagaimana lagi, di
luar suaminya ini nampak ramah sekali pada semua orang. Tapi kalau dengan anak
istri, ia galak setengah mati. Galaknya juga bukan hanya galak biasa, tapi
sampai menyakiti segala. Itulah yang mendorongnya untuk cerai. (*/opi)