Komunikasi antar pasangan dalam sebuah keluarga memegang peran kunci suksesnya sebuah lembaga perkawinan. Minimnya komunikasi antara suami-istri faktanya bisa menimbulkan dampak paling buruk, yaitu perceraian. Yang lebih mencengangkan lagi, di sepanjang 2008 lalu angka perceraian di Surabaya paling tinggi di antara kota-kota besar di Indonesia lainnya, seperti Jakarta, Bandung maupun Semarang. “Data yang saya peroleh dari Ditjen Bimbingan Masalah Keluarga Departemen Agama menyebutkan, angka perceraian di Surabaya sepanjang 2008 mencapai 48.374 kasus cerai. Itu tertinggi lho,” ingat psikolog Kasandra Putranto`
Dijelaskannya, keluarga adalah bentuk kelompok terkecil di masyarakat. Keluarga memegang peranan penting dalam menghasilkan anggota keluarga yang berkualitas. “Dalam keluarga, perempuan adalah tokoh sentral, inspirasi, ibu sekaligus istri yang bertugas melakukan proses komunikasi efektif sehingga kualitas komunikasi yang dimiliki sebuah keluarga bisa maksimal,” beber perempuan asli Suroboyo ini.
Komunikasi yang efektif, terutama antar pasangan, kata Kasandra, bisa menghasilkan sebuah keluarga yang harmonis. Kalau keluarga harmonis, pasangan suami-istri pun bisa terhindar dari perceraian. “Bisa disimpulkan kalau komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan,” sambung psikolog ayu ini.
Kasandra membeberkan, fakta mengenai komunikasi yang terjadi dalam sebuah mahligai perkawanan, memang sangat mencengangkan. Saat pernikahan sudah berjalan enam bulan, komunikasi suami-istri terhitung lancar. Masih ada komunikasi-komunikasi romantis yang diciptakan. “Jangan lupa makan, istirahat yang cukup dan seterusnya, masih sering diucapkan,” urainya.
Masuk tahun keenam pernikahan, komunikasi mulai mengalami perubahan. Saat pasangan ditelepon, banyak yang mengaku sedang sibuk rapat atau ketemu klien. “Sudah mulai ada sesuatu yang membuat komunikasi tidak rmantis lagi,” katanya.
Masuk tahun ke-16, komunikasi romantis benar-benar sudah tidak muncul lagi. Masing-masing cuek dengan apa yang dilakukan pasangan. “Harusnya, berapapun usia pernikahan kita, komunikasi tetap harus dijunjung tinggi,” ingat Kasandra lagi.
Dia menambahkan, selain masalah komukasi, ada lima strategis lain yang bisa mengunci langgengnya sebuah pernikahan. Lima trik itu adalah mengenal psikologis kita dan pasangan, memahami suasana pasangan, mengenali siatuai komunikasi, mengenali lingkungan yang tepat, serta mamahami perbedaan kultur kita dengan pasangan. (*)